Nadzifah Ajeng Daniyati 

Dosen Tetap Prodi Pendidikan Matematika FKIP UNRIKA Batam

ajengAbstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan kemampuan verbal, kemampuan interpersonal, dan minat belajar  dengan prestasi belajar matematika siswa SMP. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian expost facto. Populasi penelitian mencakup seluruh siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Purworejo. Sampel yang berasal dari sembilan sekolah di tiga daerah ditentukan dengan cluster random sampling technique. Pengumpulan data menggunakan tes dan angket. Hasil analisis menunjukkan kemampuan verbal, kemampuan interpersonal, dan minat belajar matematika secara bersama-sama berhubungan dengan prestasi belajar matematika siswa SMP, dimana kontribusi yang diberikan sebesar 38,60% serta persamaan regresi yang diperoleh ialah Y =  -1,385 + 0,635X1 + 0,039X2 + 0,085X3. Hubungan antara kemampuan verbal dan prestasi belajar matematika dengan kontribusi sebesar 23,62%; hubungan antara kemampuan interpersonal dan prestasi belajar matematika dengan kontribusi sebesar 1,64% dan hubungan antara minat belajar matematika dan prestasi belajar matematika dengan kontribusi sebesar 6,15%.

 

Kata Kunci: kemampuan verbal, kemampuan interpersonal, minat belajar matematika, dan prestasi belajar matematika siswa.

 

 Pendahuluan

 Matematika telah memberikan kontribusi dalam kehidupan sehari-hari mulai dari hal yang sederhana seperti perhitungan dasar (basic calculation) sampai hal yang kompleks dan abstrak seperti penerapan analisis numerik dalam bidang teknik dan sebagainya. Untuk itu, pemerintah berupaya untuk melakukan perbaikan terhadap pembelajaran matematika, baik dalam hal kurikulum maupun proses pembelajaran. Berbagai sarana dan prasarana disediakan agar dapat mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Hal itu ditujukan untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap matematika. Penguasaan matematika ditunjukkan dengan prestasi belajar matematika siswa. Prestasi belajar dapat dijadikan salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi belajar yang tinggi, menunjukkan bahwa pembelajaran sudah terlaksana dengan baik. Sebaliknya, rendahnya prestasi belajar menunjukkan bahwa perlu adanya koreksi dan perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran.

Prestasi belajar yang dicapai tidak sama untuk setiap siswa. Di Kabupaten Purworejo, rata-rata sekolah untuk mata pelajaran matematika yang tertinggi sebesar 9,65 dan terendah sebesar 2,00 (DKHUN SMP/MTS Tahun Pelajaran 2011/2012). Hal itu menunjukkan bahwa terdapat keragaman dalam hal penguasaan matematika siswa di Purworejo. Keragaman tersebut diduga terjadi karena berbagai faktor, antara lain kemampuan siswa dalam matematika. Kemampuan matematika meliputi beberapa kemampuan yaitu: komunikasi matematis, penalaran matematis, pemecahan masalah, koneksi matematis, dan representasi matematis (NCTM, 2000: 7). Salah satu kemampuan matematika yang perlu dikuasai siswa adalah kemampuan komunikasi matematika. Untuk dapat berkomunikasi matematis, siswa perlu menguasai kemampuan verbal.

Kemampuan verbal adalah kemampuan yang menyangkut pengertian terhadap ide-ide yang diekspresikan dalam bentuk kata (Hidayat, 2002: 2). Aspek-aspek kemampuan verbal meliputi analogi kata-kata, perbendaharaan kata, dan hubungan kata-kata (Koyan, 2003: 7). Kemampuan verbal diperlukan dalam setiap mata pelajaran, salah satunya matematika. Dalam pembelajaran matematika, kemampuan yang perlu dikuasai siswa tidak terbatas pada kemampuan berhitung saja, tetapi juga kemampuan verbal. Hal itu dikarenakan di dalam matematika banyak sekali simbol yang digunakan, baik berupa huruf maupun non huruf. Di samping itu, matematika juga tidak bisa dilepaskan dari kegiatan penyelesaian masalah. James (2010) mengemukakan bahwa ada hubungan antara kemampuan pemecahan masalah matematika dan kemampuan verbal siswa. Permasalahan matematika dapat disajikan dalam berbagai bentuk soal, salah satunya soal cerita. Untuk dapat menyelesaikan soal cerita, siswa harus memahami makna yang ada dalam soal. Hasil penelitian Seifi, Haghverdi, & Fatemeh. (2012) menunjukkan bahwa kesulitan siswa kebanyakan muncul dari pemahaman masalah kata, membuat rencana dan mendefinisikan kosakata terkait sehingga siswa menggunakan strategi yang kurang tepat. Sejalan dengan pendapat Elliot et al (2000: 314) “the first and most basic step in problem solving is to represent the information in either symbolic or diagrammatic form”. Apabila siswa salah dalam memahami soal, akan membuat siswa tidak benar dalam menentukan strategi penyelesaiannya sehingga hasil yang diperoleh juga salah.

Kemampuan verbal akan membantu siswa dalam memahami makna dan membuat model matematika untuk menyelesaikan permasalahan matematika tersebut. Apabila kemampuan verbal siswa kurang baik, maka siswa juga akan sulit dalam menyelesaikan soal matematika sehingga secara tidak langsung akan berdampak pada pencapaian prestasi belajar. Oleh karena itu, kemampuan verbal ini sangat erat hubungannya dengan prestasi belajar. Penelitian Olatoye & Aderogba (2011) mengemukakan siswa untuk mencapai prestasi belajar yang baik, mereka harus memiliki kemampuan verbal dan kemampuan numerik yang baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Awofala, et al (2010: 15). Dari penelitian tersebut, Awofala, et al menemukan bahwa “students with high verbal ability gained more in mathematical word problems achievement than students with low verbal ability”. Siswa dengan kemampuan verbal yang baik menunjukkan pencapaian prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kemampuan verbal yang kurang baik.

Di samping kemampuan verbal, terdapat kemampuan lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Hasil penelitian di Harvard University Amerika Serikat pleh Akbar (Patimah, 2011) menunjukkan bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill), salah satunya kemampuan verbal. Akan tetapi juga didukung oleh soft skills yang terdiri dari intrapersonal skills dan interpersonal skills. Intrapersonal skills berkaitan dengan kemampuan dalam memahami diri sendiri sedangkan interpersonal skills merupakan keterampilan untuk bersosialisasi.

Kemampuan berinteraksi sebagai bagian dari soft skill yang dimiliki seseorang akan membantunya dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, terjadi interaksi antara guru dengan siswa atau antara seorang siswa dengan siswa yang lain. Interaksi tersebut dapat membantu perkembangan siswa, salah satunya perkembangan kognitif. Kemampuan individu dalam berinteraksi sosial sangat diperlukan dalam proses belajar. Dengan demikian kemampuan interpersonal seseorang memegang peranan yang cukup penting. Menurut Buhrmester, dkk (Dayakisni dan Hudainah, 2006: 21), aspek kemampuan interpersonal antara lain: (1) kemampuan berinisiatif; (2) kemampuan untuk bersikap terbuka (self-disclosure), (3) kemampuan bersifat asertif; (4) kemampuan memberikan dukungan emosional; dan (5) kemampuan dalam mengatasi konflik.